Kepala Staf Presiden Moeldoko mengingatkan sejumlah pihak agar tidak menjadi lalat politik yang akan menganggu konsentrasi dalam penanganan darurat Covid 19. Pernyataan Moeldoko tersebut ditujukan kepada orang orang yang menggaungkan pesimisme Indonesia bisa keluar dari pandemi Covid 19 yang sangat kental muatan politis. Moeldoko mengatakan saat ini para tenaga medis dan petugas lainnya sedang berjibaku menekan penyebaran Covid 19.
Jangan sampai konsentrasi tenaga medis tersebut terganggu karena nada pesimisme. "Mereka yang saat ini bekerja keras bahkan mempertaruhkan hidup, dia bekerja antara hidup dan mati. Para tenaga medis, para ASN saat ini telah bekerja keras untuk itu semua. Sekali lagi jangan lah menjadi lalat lalat politik yang mengganggu," katanya. Masalah yang dihadapi sekarang ini, kata Moeldoko, yakni masalah kemanusian.
Oleh karena ia menghimbau semuanya untuk bersatupadu dan mengenyampingkan terlebih dahulu perbedaan termasuk perbedaan pandangan politik. "Kita memikirkan satu kepentingan besar yaitu persoalan kemanusiaan dan itu jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan golongan. sekali lagi. hanya dengan kebersamaan persoalan bangsa menjadi ringan dan kita bisa atasi bersama. itu sebuah pesan yang ingin saya sampaikan," pungkasnya. Sebelumnya Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, menyatakan Covid 19 makin ‘mengganas’.
Keluarga, sahabat dan orang orang di lingkungan kita banyak yang terpapar bahkan meninggal dunia. Dia juga mempertanyakan akan sampai kapan bangsa kita akan terus begini. Ibas khawatir jika sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya. ‘"Begini ya, Covid 19 makin ‘mengganas’. Keluarga kita, sahabat kita dan orang orang di lingkungan kita banyak yang terpapar bahkan meninggal dunia. Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya,’’ kata Ibas melalui keterangannya yang diterima wartawan, Kamis (8/7/2021).
Ibas juga menyampaikan bahwa pemerintah terlihat tidak berdaya menangani pandemi Covid 19 yang sudah memasuki tahun kedua. Dia mencontohkan, kurangnya tabung oksigen, hal itu menurutnya menunjukkan antisipasi yang lemah dari Pemerintah. ‘’Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain, tapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat,” ujar Ibas.
Kasus tabung oksigen ini, menurutnya, merupakan preseden buruk. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah seolah olah kurang sigap mempersiapkan kebutuhan untuk menjawab gejala gejala yang muncul sebelumnya. ‘’Kan ada varian baru di negara lain. Kita tahu, itu bukan tak mungkin masuk ke negara kita. lalu muncul kasus kasus baru, kemudian angka yang kita khawatirkan juga terjadi, dan lain sebagainya. Itu semua gejala gejala yang rasanya mudah dibaca dan terkait dengan kesiapan kita dalam menyediakan kebutuhan medis. Tidak ada yang mendadak. Karena pandemi kan sudah masuk tahun kedua, jadi harusnya bisa diantisipasi,’’ ucapnya.